Laman

Jumat, 19 Oktober 2012

AC Milan Hanya Tinggal Kenangan?

Rupanya reputasi AC Milan sebagai Tim besar Eropa dan Dunia segera musnah. Pasalnya penampilan AC Milan di awal musim ini bisa dibilang sangat buruk. Bahkan di awal Jornada Serie A mereka keok di San Siro oleh tim promosi Samdoria 0-1. Sempat menang 1-3 di kandang Bologna dua pekan selanjutnya Milan kembali keok 0-1 dari Atalanta di kandang sendiri.

19 september, Milan kembali bermain di San Siro dalam partai pertama Liga Champions melawan Anderlecht. Hasilnya kedua tim bermain dengan skor kacamata, AC Milan pun gagal mempersembahkan kemenangan dan belum mampu mencetak gol di San Siro. Hal tersebut membuat posisi kursi kepelatihan Alegri Terancam.


Setelah bermain di Liga Champions, Milan kembali ke Serie A dengan menyambangi markas Udinese dengan mental tertekan. Hasilnya bisa ditebak Udinese berhasil keluar menjadi pemenang dengan skor 2-1. Hasil tersebut membuat posisi Milan hanya beberapa strip di atas zona degradasi. 

Tetapi hal itu bukanlah tekanan bagi Milan, yang berhasil pecah telur dan menang perdana di San Siro 2-0 atas Cagliari, posisi Alegri kembali aman. Bekal ini coba dibawa Milan saat mengunjungi kandang Parma, tetapi kedua tim menyudahinya dengan skor imbang 1-1.

Pada partai ke-2 Liga Champions Milan berhasil menang dengan skor 2-3, itupun karna gol bunuh diri seorang pemain Zenit dan penampilan cemerlang Abiatti. Lima hari kemudian AC Milan di Jadwalkan melakoni derby MILAN melawan Inter dalam lanjutan Serie A. Dalam laga ini Gol Tunggal Cambiasso membawa Inter menang 1-0. 

Rangkaian hasil buruk Membuat banyak pihak bertanya-tanya apakah ini berakhirnya kejayaan Milan pada tahun 90-an dan 2000-an? 

Tapi jika memperhatikan aktivitas Milan di bursa transfer musim panas ini, rasanya ragu melihat tim yang dilatih oleh Massimiliano Allegri itu akan meraih kesuksesan.
 
Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva dijual ke Parist Saint-Germain. Dua pemain ini adalah sosok penting bagi Milan musim lalu. Ibra adalah mesin gol juga penyumbang assist, sedangkan Silva-meski beberapa kali cedera-memiliki peran signifikan di lini pertahanan Milan.

Sebelum dua pemain itu dijual, Il Diavolo Rosso-julukan AC Milan-sudah ditinggal banyak pemain seniornya. Alessandro Nesta, Clarence Seedorf, Mark van Bommel, Gennaro Gattuso, Gianluca Zambrotta dan Filippo Inzaghi meninggalkan klub.

Mereka pergi karena kontraknya tak lagi diperpanjang manajemen. Gaji tinggi para pemain senior itu menjadi pemicunya. Manajemen harus mentaati aturan UEFA soal kesehatan keuangan klub. Artinya klub harus menyesuaikan pengeluaran dengan pemasukan, tidak bisa lagi mengandalkan suntikan dana dari pemilik klub.

Lalu Milan juga menjual Antonio Cassano plus uang 7 juta euro ke Inter Milan. Meski Allegri mendapatkan Giampaolo Pazzini sebagai bagian kesepakatan tersebut, tapi kualitasnya tidak bisa disetarakan dengan Cassano.

Ingat Piala Eropa 2012? Cassano adalah salah satu pemain Italia yang tampil bagus-selain Balotelli, Pirlo, De Rossi, Montolivo dan Buffon. Musim lalu Cassano juga punya andil tak sedikit untuk Milan.

Secara teknis Milan berada di bawah beberapa tim kuat Serie A lainnya seperti Juventus, Inter Milan, AS Roma dan Napoli. Maka jangan bandingkan kekuatan Milan dengan klub Eropa lainnya seperti Barcelona, Real Madrid, Manchester United, Chelsea, Bayern Muenchen atau Paris Saint-Germain.

Jika dahulu Milan memiliki pemain hebat yang kemudian menjadi legenda seperti Franco Baresi, Paolo Maldini, Demetrio Albertini, George Weah, Oliver Bierhoff, Zvonimir Boban atau Alessandro Nesta, sekarang? Sulit menjadikan pemain seperti Mario Yepes, Cristian Zapata, Mathieu Flamini atau Robinho menjadi andalan apalagi legenda hidup klub.

Secara moral? Entah apa yang ada di benak para punggawa Milan saat ini melihat materi dan kondisi tim. Namun salah satu mantan pemainnya, Cassano, mengungkapkan kalau ia sangat kecewa terhadap kebijakan manajemen di bursa transfer.

"Saya harus hengkang, ada seseorang di atas pelatih yang melakukan kesalahan dan saya tidak tahan ketika ada orang-orang yang menyetir saya," ujarnya seperti dikutip dari Tribalfootball yang dimuat di situs Goal.com Indonesia, Minggu (26/8).

Jika boleh realistis, target Milan untuk bisa masuk zona Liga Champions di tabel klasemen akhir musim ini tak akan tercapai. Pencapaian Milan di Liga Champions pun tak lebih dari babak 32 besar, itu juga kalau beruntung.

Sasaran paling realistis dari klub milik Silvio Berlusconi itu di musim ini ialah Coppa Italia.

Kehebatan AC Milan di tahun 1990-an sampai awal 2000-an pun tinggal kenangan saja. Malah jika manajemen tidak melakukan kebijakan transfer pemain yang strategis setidaknya dalam dua musim ke depan, Milan bisa melorot kastanya hanya menjadi klub medioker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar